Resensi Novel Ayat-Ayat Cinta 2: Ada Apa Dengan Aisha?
Judul Buku: Ayat-Ayat Cinta 2 Pengarang : Habiburrahman El Sirazy Penerbit: Republika Penerbit Halaman: vi + 696 halaman Sebel...
http://www.salahuddindjp.org/2015/12/ada-apa-dengan-aisha_6.html
Judul Buku: Ayat-Ayat
Cinta 2
Pengarang :
Habiburrahman El Sirazy
Penerbit: Republika
Penerbit
Halaman: vi + 696 halaman

Memulai
awal novel, saya membayangkan akan diajak ke Turki, karena Fahri tinggal di
dekat keluarga Aisha, atau Jerman, tempat leluhur Aisha, atau malah Indonesia,
seperti Azzam melanjutkan hidup setelah dari Mesir. Tapi ternyata, Kang Abik
menempatkan Fahri di Edinburgh, sebuah kota dingin namun eksotis di Britania
Raya. Seperti dulu kita diajak menyusuri Alexandria dengan narasi yang membuat
kita tenggelam dan seakan sedang berada di sana, Kang Abik mengajak kita
menyusuri setiap sudut Edinburgh sehingga kita bisa merasakan keindahan kota
tersebut, setiap tempat, bahkan sampai bentuk dan layout rumah yang ditempati
Fahri.
Fahri
dikisahkan menjadi pengajar di The
University of Edinburgh, sebuah kampus ternama di Eropa. Ia sudah
menyelesaikan Ph.D nya di Jerman, dan menetap di Edinburgh untuk mengajar dan
mengendalikan jaringan bisnisnya di sana.
Di
mana Aisha?
Fahri
kini, sama dengan Fahri 12 tahun lalu saat menjadi Mahasiswa miskin di Al
Azhar, Kairo. Salih, cerdas, dan laki-laki yang sempurna. Seakan tak ada sekat
lagi antara ajaran-ajaran Islam dan pribadi Fahri. Ia, dalam konteks yang
berbeda, tetap menjadi seseorang yang belasan tahun lalu kita pertanyakan,
'Adakah benar-benar orang sesempurna Fahri?'. Meski Kang Abik menjawab 'Ada',
bagi saya tak penting apakah ada Fahri nyata atau tidak. Novel ini tidak hanya
novel. Novel ini dijuluki penulisnya dengan 'Sebuah Novel Pembangun Jiwa'. Kang
Abik ingin menampar-nampar kesadaran kita bagaimana seharusnya hidup dan
menjalani hidup. Kang Abik ingin mengajari orang Islam tentang seharusnya tidak
ada sekat antara Islam dan Kaum Muslimin, tidak boleh lagi kemuliaan Islam
tertutupi oleh perbuatan Kaum Muslimin. Dan untuk menuntaskan misi besar itu,
Fahri harus tetap Fahri. Berkarakter kuat, salih, cerdas, dan sempurna.
Lalu
di Edinburgh saya mengharapkan Fahri semakin mesra dengan Aisha, memiliki
beberapa anak dan mereka hidup bahagia. Meski pasti perlu konflik untuk
membentuk cerita, dan Fahri akan menghadapi dengan Aisha.
Tapi
ternyata di awal novel, Aisha tak muncul. Rasa penasaran di mana Aisha membuat
berlembar-lembar halaman tak terasa, berharap segera menemukan Aisha. Tapi
sampai jauh tenggelam dalam narasi apik Kang Abik, tak ketemu juga di mana
Aisha. Ada apa dengan Aisha?
Rasa
penasaran di mana Aisha dan harapan agar Fahri tetap bahagia bersama Aisha
mengisi hampir sebagian besar novel setebal 696 halaman ini. Kita disuguhi
kisah cinta mendalam suami terhadap istrinya tanpa harus membaca cerita picisan
dan romantisme seperti sinetron. Dan bukan Kang Abik kalau tidak menyuguhi kita
pengetahuan dalam novelnya. Tak hanya Fiqih, hal yang mendominasi dalam Ayat-Ayat
Cinta 1, tapi juga konsep Islam terhadap harta, pengetahuan tentang bagaimana
hubungan Islam dengan agama lain, dan bagaimana Islam mengajari toleransi
beragama. Satu hal yang menarik juga adalah tentang konsep 'Amalek' dalam
Bangsa Yahudi yang menganggap bangsa lain adalah hina dan bahkan perlu
dimusnahkan. Kesombongan mereka sebagai 'Bangsa yang terpilih' Tuhan menjadikan
mereka seperti itu. Dan mungkin, kesombongan kita juga mengantar kita memiliki
konsep amalek tanpa kita sadari.
Novel
seharga 76 rb apabila Anda mendapat diskon ini, meski kental bernuansa Islam,
tapi layak dibaca siapapun, karena nilai-nilai yang ditampilkan adalah nilai
universal, selain agar mengetahui konsep Islam memandang kaum agama lain yang
sering disalahpahami.
Lalu,
di mana Aisha? Tentu saja saya tak akan memberi tahu saya. Ketika membaca, s
aya bahkan harus sekuat
tenaga tidak 'cheating' dengan mengintip halaman belakang mencari Aisha.
Selamat membaca!
Ditulis oleh Agus Fredy Muthi'ul Wahab, diterbitkan dengan izin penulis